Kali ini saya akan memberikan makalah tentang Aqidah Islamiah dan Konsep Ketuhanan dalam Islam, semoga makalah ini bisa menjadi reverensi si pembaca dan bisa bermanfaat bagi kehidupan sehari hari.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Segala sesuatu yang Allah SWT
ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan. Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya,
menciptakan sebuah kehidupan di dalamnya, bukanlah tanpa tujuan yang jelas.
Sama halnya dengan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah
SWT tidak sia-sia, manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk mengatur
atau mengelola apa yang ada di bumi beserta segala sumber daya yang ada.
Di samping kita sebagai manusia
harus pandai-pandai mengelola sumber daya yang ada, sebagai seorang manusia
juga tidak boleh lupa akan kodratnya yakni menyembah sang Pencipta, Allah SWT,
oleh karena itu manusia harus mempunyai aqidah yang lurus agar tidak menyimpang
dari apa yang diperintahkan Allah SWT.
Penyempurna aqidah yang lurus kepada
Alla SWT tidak luput dari aqidah yang benar kepada Malaiakat-Malaikat Allah,
Kitab- kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para Rosul-rosul Allah untuk
disampaikan kepada kita, para umat manusia.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apakah aqidah islamiah itu?
2. Apakah kosep ketuhanan islam itu ?
1.3 Tujuan
Penulisan
Makalah ini
ditulis dengan tujuan agar kita lebih memahami apa itu aqidah secara
etimologis dan terminologis, sumber-sumber aqidah, pengertian aqidah
yang ditinjau dari ayat-ayat Al Qur’an, ruang lingkup pembahasan dan
manfaat dari aqidah untuk seorang muslim
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aqidah islamiah
Sesungguhnya pandangan manusia terhadap
kehidupan dan alam semesta, pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya berkenaan
dengan bidang dan bahkan naluri dan perasaan-perasannya semua itu bersumbe dari
aqidah yang di yakininya. Aqidah tersebut memiliki peranan penting dalam
membina dan membangun pemikiran, etika dan tata cara hidup sosialnya, serta
dalammengarahkan kemampuan-kemampuannya kerah membangun dan perubahan.
Dengan
berlandaskan kepada fitrah suci – sebagai anugerah Allah SWT Sang Maha Pencipta
– yang senantiasa menuntun manusia menuju cahaya aqidah islam yang dapat
menerangi segala yang berada di sekitarnya, kasih sayangnya adalah dengan
memberikan petunjuk kepada manusia demi memahami akar dan dasar-dasar aqidah
sebagai landasan utama bagi pengetahuan manusia akan hakikat wujut ini.
Dalam
sisi pemikiran, aqidah islam telah berhasil mengeluarkan manisia dari alam
takhayul dan kebodohan dengan menganjurkan manusia untuk mengerahkan segala
kemampuan yang dimiliki, demi menerungkan tanda-tanda keagungan Allah SWT
sehingga manusia mampu mencapai kehhidupan yang terhiasi dengan cahaya ilmu.
Dalam
sisi kehidupan sosial, aqidah islam telah berhasil merubah corak kehidupan
masyarakat yang sebelumnya dilandasi oleh fatisme suku, warna kulit dan harta
benda dengan corak baru yang dilandasi oleh ukur spiritual (ma’nawiyah), yang teraktualkan dalam
konsep takwa, fadhilah dan
peraudaraan insani.
Dalam
sisi etika dan akhlak, aqidah islam telah berhasil menumbuhkan kesadaran diri
yang memprcayai bahwa Sang Pencipta Yang
Maha Agung yakni Allah SWT selalu memperhatikan segala tingkah laku manusia,dan
setiap sepak terjangnya pasti memiliki nilai pahala dan dosa.
1. Definisi dan Perkembangan Aqidah
Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada
keyakinan manusia adalah
suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keeraguan.
Aqidah menurut teminologi
syara’ (agama) yaitu keimanan kepada Allah SWT,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, para keimanan kepada takdir Allah SWT baik
maupun buruknya, yang disebut atau dikenal Rukun Iman.
Tekadang
aqidah juga digunakan dengan istilah Tauhid usbuluddin
(pokok-pokok agama), As-Sunnah (jalan
yang di contohkan Nabi Muhammad SAW), Al-Fiqbul
Akbar (terbesar), Ahlus Sunnah wal Jama’ah (mereka yang menepati sunah Nabi
dan berjamah ) atau tekadang menggunakan istilah ahlul hadist atau salaf yaitu
mereka yang berpegangan atas jalan Rasulullah SAW dari genersi abad pertama
sampai generasi abad ketiga yang mendapat pujian dari Nabi SAW. Ringkasnya :
aqidah islamiah yang shahih bias disebut tauht, fiqih akbar, dan ushuludin.
Sedangkan manbaj (metode) dan
contohnya adalah ahlul hadits, ahlul sunnah dan salf.
2. Bahaya
Penyimpangan Aqidah
Penyimpangan
aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam seluruh kehidupannya,
bukan saja di dunia tetapi berlanjut hingga kesengsaraan yang tidak
berkesudahan di akhirat kelak Manusia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan
penuh dengan keraguan, dan menjadi pribadi yang sakit secara personality.
Biasanya penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah factor, di antanya:
a)
Tidak
menguasai pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian dan perhatian.
Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang aqidah yang
benar
b)
Fanatik
kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah yang
benar. Seperti firman Allah SWT tentang umat terdahulu yang kerabatan menerima
aqidah yang di bawa oleh para Nabi dalam Surah Al-Baqarah/2:170.
c)
Taqlid buta kepada perkataan tikoh-tokoh yang
di hormati tanpa melalui seleksi yang tepat sesuai dengan argument Al-Quran dan
sunnah. Sehingga apabila tokoh panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.
d)
Berlebihan
(ekstrim) dalam mencintai dan
mengangkat para wali dan orang shaleh yang sudah meninggal dunia, sehingga
menempatkan mereka setara dengan Tuhan, atau dapat berbuat seprti perbuatan
Tuhan. Hal itu karena menganggap mereka sebagai penengah/arbiter dia dengan
Allah SWT. Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, beradzar danberbagai
ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah SWT. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaum nabi Nuh AS
ketika mereka mengagengkan kuburan para shalihin ( Surah Nuh/71:23)
d.Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji aliran islam
disebabkan silau terhadap peradaban barat
yang materialistic. Tak jarang mengagungkan para pemikiiran dan ilmuan
barat serta hasil teknologi yang telah ditecapainya sekaligus menerima tingkah
laku dan kebudayaan mereka.
e) Pendidikan
di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam, sehingga anak
tumbuh tidak mengenal agidah Islam. : Pada hal Nabi Muhammad SAW telah
memperingatkan yang artinya : "Serap anak terlahirkan berdasarkan
fithrahnya, maka kedua orang - tuanya yang meyahudikannya, wmenashranikannya, dalau memajusikannya" (HR: Bukhari).
Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh
acara/program televisi yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.
f) Peranan
pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan keagamaan
seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu dalam
pelajaran agama, itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi media massa
baik cetak maupun elektronik yang banyak tidak mendidik ke arah agidah bahkan
mendistorsinya secara besar-besaran.
Dalam surah An-Nahl 97 yang
artinya:
“Barang siapa yang mengerjakan
amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.
3. Faedah
mempelajari aqidah islamiyah
Karena
aqidah islamiyah bersumber dari Allah SWT yang mutlak, maka kesempurnaannya
tidak diragukan lagi. Berbeda dengan firasat yang merupakan karya manusia,
tentu banyak kelemahannya. Makanya seorang mu’min harus yakin kebenaraan aqidah
islamiyah sebagai proses dari segala pola tingkah laku dan tindakannya yang
akan menjamin kebahagiannya dunia akhirat. Dan merupakan keserasian antara ruh
dan jasad, antara siang dan malam, antaraa bumi dan langit dan antara ibadah
dan adat serta antara dinia dan akhirat. Faedah yang kan diperoleh orang yang
menguasai dam benar aqidah islamiyah adalah :
a) Membebaskan
dirinya dari ubudiyah/pcnghambaan kepada
Allah, baik bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.
b) Membentuk
pribadi yang seimbang yaitu selalu ingat kepada Allah baik dalam keadaan suka
maupun duka.
c) Dia
merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang
rizki, terhadap iiwa, harta, keluarga, jin dan suruh manusia termasuk takut
mati. Sehingga dia penuh tawakal kepada
Allah (outer focus ofcontrol).
d) Aqidah
memberikan kekuatan kepada jiwa, sekakah gunung. Dia hanya berharap kepada
Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.
e) Aqidah
Islamiyah adalah asas persaudaraan/ukhuwah dan persamaan. Tidak beda antara
miskin dan kaya, antara pintar dan bodoh, antara pejabat dan rakyat jelata,
antara kulit pudh dan kulit hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya
disisi Allah SWT.
B. KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
Setiap
agama mengakui dan memiliki konsep ketuhanan sebagai dasar utama ajaran agama
tersebut. Eksistensi Tuhan merupakan kajian yang paling penting, karena merupakan
pintu masuk seseorang untuk beragama. Keimanan dan keyakinan kepada Tuhan
menjadi awal sekaligus akhir dari nilai keberagamaan seseorang. Kajian ini
menurut ilmu filsafat disebut dengan metafisika, yakni mengkaji eksistensi
Tuhan yang ghaib dengan berbagai argumen wujud Tuhan, terutama apa yang dapat
dilihat dari alam dan petunjuk Al-Quran.
1. Konsep
Tuhan
Perkataan
ilah, yang diterjemahkan "Tuhan", dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan"
atau dipendungkan oleh manusia, misalnya dalam QS. AI-Jatsiiyah/45: 23, yaitu:
Artnya :
Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran
dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan
memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu
tidak mengambil pelajaran? ―QS. 45:23
perkataan
ilah bisa mengandung arti berbagai
benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun bende nyata /Fir'aun
atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaabun),
ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama': aalihatun). Ber-Tuhan
nol atau tidak mempercayai serta menolak eksistensi Tuhan (atheism) adalah
tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang
tepat, berdasarkan logika Al-Quran bahwa Tuhan {ilab) ialah sesuatu yang
dipentingkan (dianggap pendng) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia
merekkan dirinya dikuasai olehNya. Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan
secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan,
diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk
pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
2. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
Pemikiran terhadap Tuhan yang
melahirkan ilmu Tauhid, ilmu Kalam, atau ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam
timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran yang
bersifat liberal, ekstrim, dan ada pula yang moderat yakni bersifat di antara
keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan
metodologi dalam memahami Al-Quran dan hadits dengan pendekatan kontekstual
sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam
yang lain memahami dengan pendekatan antara kontesktual dengan tekstual
sehingga lahir aliian yang bersifat antara liberal dengan tradisional.
1. Pemikiran Umat Islam
Aliran-aliran
tersebut antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Mu’tazilah
Golongan
yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim. serta menekankan pemakaian
akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang Islam
yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di antara
posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal
manzilatain).
Dalam
menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika, satu sistem teologi
untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham mu'tazilah yang
bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka dalam
perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mu'tazilah lahir sebagai pecahan dari
kelompok Qadariah, sedang Qadariah
adalah pecahan dari Khawarij.
b. Qodariah
Golongan
yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan
berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan
hal itu yang menyebabkan manusia hams bertanggung jawab atas perbuatannya.
c.
Jabariah (yang merupakan pecahan dari Murji'ah)
Golongan
yang berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan
berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
d. Asy'ariyah dan Maturidiyah
Merupakan
golongan yang pendapatnya berada di antara Qadariah
/ Mu’tazilah dan Jabariah. Semua
aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat Islam
periode masa lalu. Pada prinsipnya aliranaliran terscbut di atas ddak
bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih
aliran mana saja di antara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang
dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam.
2. Pemikiran Barat
Dalam
literature sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang
menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan
meningkat menjadi sempurna. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut
teori evolusionisme adalah sebagai berikut:
a. Dinamisme
Menurut paham ini, Manusia sejak
zaman primitive telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam
kehidupan, baik berpengaruh positif maupun berpengaruh negative.
b. Animisme
Oleh masyarakat pimitif, roh
dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati, oleh karena
itu roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang
apabila kebutuhannya dipenuhi.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan
animism lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi
sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain disebut dewa. Dewa
mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu dengan bidangnya. Ada dewa yang
bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang
membidangi angi, dsb.
d. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan
kepuasan, terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa
yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang
sama. Lama kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitive
(tertentu).
e. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk
henoteisme melangkan menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu
tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme
ditinjau dari filsafat ke-Tuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: Deisme,
Panteisme, dan Teisme.
3. Hakikat dan Pembuktian Wujud Tuhan
Dalam
konteks ini Al-Quran menggunakan seluruh wujud sebagai bukti, khususnya
keberadaan alam raya ini dengan segala isinya. Berkali-kali manusia
diperintahkan untuk melakukan na^har (pemahaman melalui penglihatan), fikr (pemahaman
melalui akal), serta berjalan di permukaan bumi guna melihat betapa alam
raya ini tidak mungkin terwujud tanpa ada yang mewujudkannya.
Menurut
Ibn Rushd metode yang benar dan sesuai adalah yang dimuat dalam Al-Quran. Jika
kita memeriksanya dengan teliti, akan ditemukan bahwa argumen Al-Quran terdiri
dari dua komponen; (i) Perlengkapan yang dibuat pada sesuatu demi kenyamanan
dan kebahagiaan manusia adalah dicipta untuk kepentingan manusia merupakan bukti
adanya Tuhan dan rahmat Tuhan, (ii) penciptaan yang menakjubkan untuk segala
sesuatu seperti penciptaan organik, persepsi inderawi, dan pengenalan
intelektual, mempakan bukti dari penciptaan yang menakjubkan.
Metode di atas didasarkan pada dua
prinsip;
a) Segala
yang ada di dunia adalah cocok untuk keberadaan manusia. Yakni segala yang ada
melayani (kebutuhan) manusia, misalnya pengaturan siang dan malam, matahari dan
bulan, hewan-hewan, pepohonan, benda-benda mati, bangunan dan susunan dari bagian tubuh manusia
dan lain sebagainya.
b) Keserasian
haruslah ditimbulkan oleh sebuah agen yang sengaja melakukannya dengan tujuan tertentu, hal mana tidak bias hanya sebagai hasil dari
suatu kebetulan belaka.
Prinsip ini bersandar kepada dua premis;
1) Segala
yang ada (maujudat) diciptakan secara
(benar-benar) menakjubkan, yang tidak perlu lagi penjelasan (QS. 22:72)
2) Segala
sesuatu yang diciptakan hams mempunyai pencipta, hal mana juga sudah sangat
jelas dengan sendirinya.
Dua
macam pembukuan tersebut dipandang sebagai argumen yang religius. Ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang eksistensi
Tuhan, menurut Ibn Rushd terbagi tiga macam;
a) Beberapa
ayat yang mengandung buku dan rahmat Tuhan. Seperti (QS. 28:6-7), (QS. 25:62),
dan (80: 24).
b) Beberapa
ayat yang mengandung bukti pendptaan yang menakjubkan. Seperti (QS. 76:6), (QS.
88:17), (QS. 22:72), dan (QS. 6:79).
c) Beberapa
ayat lain yang mengandung keduanya. Seperti (QS, 2:19-20), (QS. 36: 33), dan
(QS. 3:188).
Memahami,
merenungkan dan meresapi argumen dan bukti-bukti eksistensi Tuhan merupakan
sesuatu yang penting bagi umat Islam. Lihatlah angin yang bertiup dan
menggerakkan layar kapal-kapal di tengah lautan. Pandanglah pula matahari,
bulan dan bintang-bintang yang selalu setia menyinari semesta, tak ada yang
menyimpang dan keluar dari orbit dan garis edarnya, kecepatannya stabil dan
terbit serta tenggelam pada waktu yang tepat. Perhadakan pula bumi yang begitu
stabil dengan gunung-gunung di atasnya, jika bumi ini tidak stabil, manusia dan
hewan akan terguncang di atasnya, sungai-sungai akan meluap, air laut akan ke
darat, air tawar akan bercampur dengan air asin. Itu semua merupakan tatapan
yang sangat inspiratif, menggugah nalar dan meneguhkan iman.
4.
Pemikiran Tuhan Menurut Agama-Agama Wahyu
Informasi
tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain tertera dalam:
a) Q.S.
21 (Al-Anbiya:92), “ sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adalah satu,
yaitu agama Tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu agama,
tetapi mereka telah berpecah belah. Mereka akan kembali kepada Allah dan Allah
akan menghakimi mereka”.
b) Q.S.
5 (Al-Maidah: 72). “ Al-Masih berkata: “ Hain Bani Israel sembahlah Allah
Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasi mengharamkan kepadanya surga, dan tempat mereka adalah neraka.
c) Q.S
112 (Al-Ikhlas: 1-4), “ Katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah
tempat bergantung segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.
Dari ungkapan ayat-ayat
tersebut jelas bahwa Tuhan adalah Allah. Kata Allah adalah nama isim jumid atau
personal name. Merupakan suatu pendapat yang keliru, jika nama Allah
diterjemahkan dengan kata ”Tuhan”, karena dianggap sebagai isim musytaq.
Menurut informasi Al-Qur’an,
sebutan yang benar bagi Tuhan adalah sebutan Allah, dan Kemahaesaan Allah tidak
melalui teori evolusi melainkan wahyu yang datang dari Allah. Hal ini berarti
konsep tauhid telah ada sejak datangnya Rasul Adam dimuka bumi. Kesaan Allah
adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan dengan yang lain.
5. Pembuktian Wujud Adanya Tuhan
Pada kondisi ini, kita secara fitrah mengharapkan adanya sosok lain yang memiliki kemampuan lebih dari kita untuk datang dan memberikan pertolongan kepada kita.
a)
Dalil Fitrah
Yaitu perasaan alami yang tajam pada manusia
bahwa ada dzat yang maujud, yang tidak terbatas dan tidak berkesudahan, yang
mengawasi segala sesuatu, mengurus dan mengatur segala yang ada dialam semesta,
yang diharapkan kasih sayang-Nya.
b)
Dalil Akal
Yaitu dengan tafakkur dan perenungan terhadap
alam semesta yang merupakan manifestasi dan eksistensi Allah SWT. Orang yang
memikirkan dan merenungkan alam semesta akan menemukan empat unsur alam
semesta:
1.
Ciptaan-Nya
Bila kita perhatikan makhluk yang hidup dimuka
bumi, kita akan menemukan berbagai jenis dan bentuk, berbagai macam cara hidup
dan cara berkembang biak. Semua itu menunjukkan adanya zat yang menciptakan,
membentuk, menentukan rizki dan meniupkan ruh kehidupan. Nyatalah bahwa tiada
yang dapat menciptakan alam semesta ini kecuali Allah yang Maha Tinggi dan Maha
Hidup.
2.
Kesempurnaan
Kalau kita perhatikan, akan terlihat bahwa alam
ini sangat tersusun rapi, diciptakan dalam kondisi yang sangat sempurna tanpa
cacat.
3.
Perbandingan ukuran yang tepat dan akurat
Alam ini diciptakan dalam perbandingan ukuran,
susunan, timbangan dan perhitungan yang tepat dan sangat akurat. Bila tidak,
maka tidak akan mugkin para ilmuwan akan berhasil menyusun rumus-rumus
matematika, fisika, kimia, dan bahkan biologi.
4. Hidayah ( Tuntunan dan Bimbingan)
Allah memberikan hidayah (tuntunan dan
bimbingan) kepada makhluk-Nya untuk dapat menjalankan hidupnya dengan mudah,
sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Pada manusia sering disebut
sebagai ilham dan pada hewan disebut insting atau naluri.
Menurut ajaran selain Islam, terdapat berbagai
cara mengenal Tuhan diantaranya dengan hanya mengandalkan pancaindra dan
sedikit akal, sehingga timbul perkiraan-perkiraan yang membentuk filsafat atau
pemikiran tentang Tuhan. Filsafat dan pemikiran tersebut justru menatangkan
kegunjangan dan kebingungan dalam jiwa. Sehingga hanya menanamkan dengan
keraguan dan kesanksian terhadap keberadaan Allah.
Jalan yang ditempuh Islam untuk mengenal Allah
ialah dengan menggunakan keimanan dan dilengkapi dengan akal. Kedua potensi
tersebut dioptimalkan dengan proses tafakur dan tadabur. Tafakur artinya
memikirkan ciptaan atau tanda-tanda kebesaran Allah (ayat kauniyah). Tadabur
berarti merenungkan ayat-ayat Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an (ayat
qauliyah). Sehingga timbul keyakinan di dalam hati tentang keberadaan dan
kekuasaan Allah.
BAB
III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
Aqidah merupakan beberapa prinsip keyakinan, dengan itu seseorang dapat termotivasi untuk menunaikan kewajiban agamanya. Hakikat filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas. Jadi, aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa itu syari’at kita tidak ada guna.
B.SARAN
Semoga apa yang telah kami sajikan dapat diambil
intisarinya dan dapat berguna bagi kehidupan kita dimasa yang akan datang.
Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan. Guna pembaikan makalah
berikutnya dan semoga makalah ini berguna bagi para pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah kritikan