Halaman

Sabtu, 29 Februari 2020

Makalah Aqidah Islamiah dan Konsep Ketuhanan dalam Islam

Kali ini saya akan memberikan makalah tentang Aqidah Islamiah dan Konsep Ketuhanan dalam Islam, semoga makalah ini bisa menjadi reverensi si pembaca dan bisa bermanfaat bagi kehidupan sehari hari.

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan. Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan di dalamnya, bukanlah tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak sia-sia, manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk mengatur atau mengelola apa yang ada di bumi beserta segala sumber daya yang ada.
Di samping kita sebagai manusia harus pandai-pandai mengelola sumber daya yang ada, sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan kodratnya yakni menyembah sang Pencipta, Allah SWT, oleh karena itu manusia harus mempunyai aqidah yang lurus agar tidak menyimpang dari apa yang diperintahkan Allah SWT.
Penyempurna aqidah yang lurus kepada Alla SWT tidak luput dari aqidah yang benar kepada Malaiakat-Malaikat Allah, Kitab- kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para Rosul-rosul Allah untuk disampaikan kepada kita, para umat manusia.   


1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah aqidah islamiah itu?
2. Apakah kosep ketuhanan islam itu ?

1.3 Tujuan Penulisan
         
 Makalah ini ditulis dengan tujuan agar kita lebih memahami apa itu aqidah secara etimologis dan terminologis, sumber-sumber aqidah,  pengertian aqidah yang ditinjau dari ayat-ayat Al Qur’an, ruang lingkup pembahasan dan manfaat dari aqidah untuk seorang muslim






BAB II
PEMBAHASAN
A. Aqidah islamiah
          Sesungguhnya pandangan manusia terhadap kehidupan dan alam semesta, pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya berkenaan dengan bidang dan bahkan naluri dan perasaan-perasannya semua itu bersumbe dari aqidah yang di yakininya. Aqidah tersebut memiliki peranan penting dalam membina dan membangun pemikiran, etika dan tata cara hidup sosialnya, serta dalammengarahkan kemampuan-kemampuannya kerah membangun dan perubahan.
          Dengan berlandaskan kepada fitrah suci – sebagai anugerah Allah SWT Sang Maha Pencipta – yang senantiasa menuntun manusia menuju cahaya aqidah islam yang dapat menerangi segala yang berada di sekitarnya, kasih sayangnya adalah dengan memberikan petunjuk kepada manusia demi memahami akar dan dasar-dasar aqidah sebagai landasan utama bagi pengetahuan manusia akan hakikat wujut ini.
          Dalam sisi pemikiran, aqidah islam telah berhasil mengeluarkan manisia dari alam takhayul dan kebodohan dengan menganjurkan manusia untuk mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki, demi menerungkan tanda-tanda keagungan Allah SWT sehingga manusia mampu mencapai kehhidupan yang terhiasi dengan cahaya ilmu.
          Dalam sisi kehidupan sosial, aqidah islam telah berhasil merubah corak kehidupan masyarakat yang sebelumnya dilandasi oleh fatisme suku, warna kulit dan harta benda dengan corak baru yang dilandasi oleh ukur spiritual (ma’nawiyah), yang teraktualkan dalam konsep takwa, fadhilah dan peraudaraan insani.
          Dalam sisi etika dan akhlak, aqidah islam telah berhasil menumbuhkan kesadaran diri yang memprcayai bahwa Sang Pencipta  Yang Maha Agung yakni Allah SWT selalu memperhatikan segala tingkah laku manusia,dan setiap sepak terjangnya pasti memiliki nilai pahala dan dosa.


1.     Definisi dan Perkembangan Aqidah
          Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia adalah
suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keeraguan. Aqidah menurut teminologi                                         
syara’ (agama) yaitu keimanan kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, para keimanan kepada takdir Allah SWT baik maupun buruknya, yang disebut atau dikenal Rukun Iman.
          Tekadang aqidah juga digunakan dengan istilah Tauhid usbuluddin (pokok-pokok agama), As-Sunnah (jalan yang di contohkan Nabi Muhammad SAW), Al-Fiqbul Akbar (terbesar), Ahlus Sunnah wal Jama’ah (mereka yang menepati sunah Nabi dan berjamah ) atau tekadang menggunakan istilah ahlul hadist atau salaf yaitu mereka yang berpegangan atas jalan Rasulullah SAW dari genersi abad pertama sampai generasi abad ketiga yang mendapat pujian dari Nabi SAW. Ringkasnya : aqidah islamiah yang shahih bias disebut tauht, fiqih akbar, dan ushuludin. Sedangkan manbaj (metode) dan contohnya adalah ahlul hadits, ahlul sunnah dan salf.
2.     Bahaya Penyimpangan Aqidah 
          Penyimpangan aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut hingga kesengsaraan yang tidak berkesudahan di akhirat kelak Manusia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan penuh dengan keraguan, dan menjadi pribadi yang sakit secara personality. Biasanya penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah  factor, di antanya:
a)      Tidak menguasai pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian dan                                                                                                            perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang aqidah yang benar
b)      Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah yang benar. Seperti firman Allah SWT tentang umat terdahulu yang kerabatan menerima aqidah yang di bawa oleh para Nabi dalam Surah Al-Baqarah/2:170.
c)       Taqlid buta kepada perkataan tikoh-tokoh yang di hormati tanpa melalui seleksi yang tepat sesuai dengan argument Al-Quran dan sunnah. Sehingga apabila tokoh panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.
d)      Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang shaleh yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan, atau dapat berbuat seprti perbuatan Tuhan. Hal itu karena menganggap mereka sebagai penengah/arbiter dia dengan Allah SWT. Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, beradzar danberbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah SWT. Demikian  itu pernah dilakukan oleh kaum nabi Nuh AS ketika mereka mengagengkan kuburan para shalihin ( Surah Nuh/71:23)
d.Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji aliran islam disebabkan silau terhadap peradaban    barat  yang materialistic. Tak jarang mengagungkan para pemikiiran dan ilmuan barat serta hasil teknologi yang telah ditecapainya sekaligus menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka.
e)      Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam, sehingga anak tumbuh tidak mengenal agidah Islam. : Pada hal Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan yang artinya : "Serap anak terlahirkan berdasarkan fithrahnya, maka kedua orang - tuanya yang meyahudikannya,  wmenashranikannya,  dalau memajusikannya" (HR: Bukhari). Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara/program televisi yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.
f)       Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan keagamaan seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu dalam pelajaran agama, itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi media massa baik cetak maupun elektronik yang banyak tidak mendidik ke arah agidah bahkan mendistorsinya secara besar-besaran.
Dalam surah An-Nahl 97 yang artinya:
“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
3.      Faedah mempelajari aqidah islamiyah
          Karena aqidah islamiyah bersumber dari Allah SWT yang mutlak, maka kesempurnaannya tidak diragukan lagi. Berbeda dengan firasat yang merupakan karya manusia, tentu banyak kelemahannya. Makanya seorang mu’min harus yakin kebenaraan aqidah islamiyah sebagai proses dari segala pola tingkah laku dan tindakannya yang akan menjamin kebahagiannya dunia akhirat. Dan merupakan keserasian antara ruh dan jasad, antara siang dan malam, antaraa bumi dan langit dan antara ibadah dan adat serta antara dinia dan akhirat. Faedah yang kan diperoleh orang yang menguasai dam benar aqidah islamiyah adalah :
a)      Membebaskan dirinya dari ubudiyah/pcnghambaan kepada  Allah, baik bentuknya kekuasaan,      harta, pimpinan maupun lainnya.
b)      Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu ingat kepada Allah baik dalam keadaan suka maupun duka.
c)      Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang rizki, terhadap iiwa, harta, keluarga, jin dan suruh manusia termasuk takut mati. Sehingga dia penuh tawakal  kepada Allah (outer focus ofcontrol).
d)     Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa, sekakah gunung. Dia hanya berharap kepada Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.
e)      Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan/ukhuwah dan persamaan. Tidak beda antara miskin dan kaya, antara pintar dan bodoh, antara pejabat dan rakyat jelata, antara kulit pudh dan kulit hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi Allah SWT.
B.     KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
          Setiap agama mengakui dan memiliki konsep ketuhanan sebagai dasar utama ajaran agama tersebut. Eksistensi Tuhan merupakan kajian yang paling penting, karena merupakan pintu masuk seseorang untuk beragama. Keimanan dan keyakinan kepada Tuhan menjadi awal sekaligus akhir dari nilai keberagamaan seseorang. Kajian ini menurut ilmu filsafat disebut dengan metafisika, yakni mengkaji eksistensi Tuhan yang ghaib dengan berbagai argumen wujud Tuhan, terutama apa yang dapat dilihat dari alam dan petunjuk Al-Quran.
1.      Konsep Tuhan
          Perkataan ilah, yang diterjemahkan "Tuhan", dalam Al-Quran dipakai untuk  menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan" atau dipendungkan oleh manusia, misalnya dalam QS. AI-Jatsiiyah/45: 23,  yaitu:

Artnya :
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? ―QS. 45:23

          perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun bende nyata /Fir'aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad:   ilaabun),  ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama':  aalihatun). Ber-Tuhan nol atau tidak mempercayai serta menolak eksistensi Tuhan (atheism) adalah tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran bahwa Tuhan {ilab) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap pendng) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merekkan dirinya dikuasai olehNya. Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
 2.     Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
           Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan ilmu Tauhid, ilmu Kalam, atau ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, ekstrim, dan ada pula yang moderat yakni bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-Quran dan hadits dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontesktual dengan tekstual sehingga lahir aliian yang bersifat antara liberal dengan tradisional.
1. Pemikiran Umat Islam
          Aliran-aliran tersebut antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Mu’tazilah
          Golongan yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim. serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang Islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain).
           Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham mu'tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mu'tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah,  sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.
 b.       Qodariah
          Golongan yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia hams bertanggung jawab atas perbuatannya.
 c.     Jabariah (yang merupakan pecahan dari Murji'ah)
          Golongan yang berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
d.      Asy'ariyah dan Maturidiyah
          Merupakan golongan yang pendapatnya berada di antara Qadariah  / Mu’tazilah dan Jabariah. Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat Islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliranaliran terscbut di atas ddak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja di antara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam.


2. Pemikiran Barat
            Dalam literature sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut:
a.       Dinamisme
Menurut paham ini, Manusia sejak zaman primitive telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan, baik berpengaruh positif maupun berpengaruh negative.
b.      Animisme
Oleh masyarakat pimitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati, oleh karena itu roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang apabila kebutuhannya dipenuhi.
c.       Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animism lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angi, dsb.
d.      Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan, terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitive (tertentu).
e.       Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkan menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat ke-Tuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: Deisme, Panteisme, dan Teisme.



3.      Hakikat dan Pembuktian Wujud Tuhan
          Dalam konteks ini Al-Quran menggunakan seluruh wujud sebagai bukti, khususnya keberadaan alam raya ini dengan segala isinya. Berkali-kali manusia diperintahkan untuk melakukan na^har (pemahaman melalui penglihatan), fikr  (pemahaman melalui akal), serta berjalan di permukaan bumi guna melihat betapa alam raya ini tidak mungkin terwujud tanpa ada yang mewujudkannya.

          Menurut Ibn Rushd metode yang benar dan sesuai adalah yang dimuat dalam Al-Quran. Jika kita memeriksanya dengan teliti, akan ditemukan bahwa argumen Al-Quran terdiri dari dua komponen; (i) Perlengkapan yang dibuat pada sesuatu demi kenyamanan dan kebahagiaan manusia adalah dicipta untuk kepentingan manusia merupakan bukti adanya Tuhan dan rahmat Tuhan, (ii) penciptaan yang menakjubkan untuk segala sesuatu seperti penciptaan organik, persepsi inderawi, dan pengenalan intelektual, mempakan bukti dari penciptaan yang menakjubkan.
           Metode di atas didasarkan pada dua prinsip;
a)      Segala yang ada di dunia adalah cocok untuk keberadaan manusia. Yakni segala yang ada melayani (kebutuhan) manusia, misalnya pengaturan siang dan malam, matahari dan bulan, hewan-hewan,  pepohonan,  benda-benda mati,  bangunan dan susunan dari bagian tubuh manusia dan lain sebagainya.
b)      Keserasian haruslah ditimbulkan oleh sebuah agen yang sengaja  melakukannya dengan tujuan tertentu,  hal mana tidak bias hanya sebagai hasil dari suatu kebetulan belaka. 
 Prinsip ini bersandar kepada dua premis;
1)      Segala yang ada (maujudat) diciptakan secara (benar-benar) menakjubkan, yang tidak perlu lagi penjelasan (QS. 22:72)
2)      Segala sesuatu yang diciptakan hams mempunyai pencipta, hal mana juga sudah sangat jelas dengan sendirinya.
          Dua macam pembukuan tersebut dipandang sebagai  argumen yang religius.  Ayat-ayat  Al-Quran yang menjelaskan tentang eksistensi Tuhan, menurut Ibn Rushd terbagi tiga macam;
a)      Beberapa ayat yang mengandung buku dan rahmat Tuhan. Seperti (QS. 28:6-7), (QS. 25:62), dan (80: 24).
b)      Beberapa ayat yang mengandung bukti pendptaan yang menakjubkan. Seperti (QS. 76:6), (QS. 88:17), (QS. 22:72), dan (QS. 6:79).
c)      Beberapa ayat lain yang mengandung keduanya. Seperti (QS, 2:19-20), (QS. 36: 33), dan (QS. 3:188).
        
  Memahami, merenungkan dan meresapi argumen dan bukti-bukti eksistensi Tuhan merupakan sesuatu yang penting bagi umat Islam. Lihatlah angin yang bertiup dan menggerakkan layar kapal-kapal di tengah lautan. Pandanglah pula matahari, bulan dan bintang-bintang yang selalu setia menyinari semesta, tak ada yang menyimpang dan keluar dari orbit dan garis edarnya, kecepatannya stabil dan terbit serta tenggelam pada waktu yang tepat. Perhadakan pula bumi yang begitu stabil dengan gunung-gunung di atasnya, jika bumi ini tidak stabil, manusia dan hewan akan terguncang di atasnya, sungai-sungai akan meluap, air laut akan ke darat, air tawar akan bercampur dengan air asin. Itu semua merupakan tatapan yang sangat inspiratif, menggugah nalar dan meneguhkan iman.

4. Pemikiran Tuhan Menurut Agama-Agama Wahyu
            Informasi tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain tertera dalam:
a)      Q.S. 21 (Al-Anbiya:92), “ sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adalah satu, yaitu agama Tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu agama, tetapi mereka telah berpecah belah. Mereka akan kembali kepada Allah dan Allah akan menghakimi mereka”.
b)      Q.S. 5 (Al-Maidah: 72). “ Al-Masih berkata: “ Hain Bani Israel sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasi mengharamkan kepadanya surga, dan tempat mereka adalah neraka.
c)      Q.S 112 (Al-Ikhlas: 1-4), “ Katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.
Dari ungkapan ayat-ayat tersebut jelas bahwa Tuhan adalah Allah. Kata Allah adalah nama isim jumid atau personal name. Merupakan suatu pendapat yang keliru, jika nama Allah diterjemahkan dengan kata ”Tuhan”, karena dianggap sebagai isim musytaq.
Menurut informasi Al-Qur’an, sebutan yang benar bagi Tuhan adalah sebutan Allah, dan Kemahaesaan Allah tidak melalui teori evolusi melainkan wahyu yang datang dari Allah. Hal ini berarti konsep tauhid telah ada sejak datangnya Rasul Adam dimuka bumi. Kesaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan dengan yang lain.





5.  Pembuktian Wujud Adanya Tuhan
            Pada kondisi ini, kita secara fitrah mengharapkan adanya sosok lain yang memiliki kemampuan lebih dari kita untuk datang dan memberikan pertolongan kepada kita.
a)      Dalil Fitrah
Yaitu perasaan alami yang tajam pada manusia bahwa ada dzat yang maujud, yang tidak terbatas dan tidak berkesudahan, yang mengawasi segala sesuatu, mengurus dan mengatur segala yang ada dialam semesta, yang diharapkan kasih sayang-Nya.
b)      Dalil Akal
Yaitu dengan tafakkur dan perenungan terhadap alam semesta yang merupakan manifestasi dan eksistensi Allah SWT. Orang yang memikirkan dan merenungkan alam semesta akan menemukan empat unsur alam semesta:
1.      Ciptaan-Nya
Bila kita perhatikan makhluk yang hidup dimuka bumi, kita akan menemukan berbagai jenis dan bentuk, berbagai macam cara hidup dan cara berkembang biak. Semua itu menunjukkan adanya zat yang menciptakan, membentuk, menentukan rizki dan meniupkan ruh kehidupan. Nyatalah bahwa tiada yang dapat menciptakan alam semesta ini kecuali Allah yang Maha Tinggi dan Maha Hidup.
2.      Kesempurnaan
Kalau kita perhatikan, akan terlihat bahwa alam ini sangat tersusun rapi, diciptakan dalam kondisi yang sangat sempurna tanpa cacat.
3.      Perbandingan ukuran yang tepat dan akurat
Alam ini diciptakan dalam perbandingan ukuran, susunan, timbangan dan perhitungan yang tepat dan sangat akurat. Bila tidak, maka tidak akan mugkin para ilmuwan akan berhasil menyusun rumus-rumus matematika, fisika, kimia, dan bahkan biologi.


4. Hidayah ( Tuntunan dan Bimbingan)
Allah memberikan hidayah (tuntunan dan bimbingan) kepada makhluk-Nya untuk dapat menjalankan hidupnya dengan mudah, sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Pada manusia sering disebut sebagai ilham dan pada hewan disebut insting atau naluri.

Menurut ajaran selain Islam, terdapat berbagai cara mengenal Tuhan diantaranya dengan hanya mengandalkan pancaindra dan sedikit akal, sehingga timbul perkiraan-perkiraan yang membentuk filsafat atau pemikiran tentang Tuhan. Filsafat dan pemikiran tersebut justru menatangkan kegunjangan dan kebingungan dalam jiwa. Sehingga hanya menanamkan dengan keraguan dan kesanksian terhadap keberadaan Allah.
Jalan yang ditempuh Islam untuk mengenal Allah ialah dengan menggunakan keimanan dan dilengkapi dengan akal. Kedua potensi tersebut dioptimalkan dengan proses tafakur dan tadabur. Tafakur artinya memikirkan ciptaan atau tanda-tanda kebesaran Allah (ayat kauniyah). Tadabur berarti merenungkan ayat-ayat Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an (ayat qauliyah). Sehingga timbul keyakinan di dalam hati tentang keberadaan dan kekuasaan Allah.










BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
            Berdasarkan dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
Aqidah merupakan beberapa prinsip keyakinan, dengan itu seseorang dapat termotivasi untuk menunaikan kewajiban agamanya. Hakikat filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas. Jadi, aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa itu syari’at kita tidak ada guna.

B.SARAN
Semoga apa yang telah kami sajikan dapat diambil intisarinya dan dapat berguna bagi kehidupan kita dimasa yang akan datang.
Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan. Guna pembaikan makalah berikutnya dan semoga makalah ini berguna bagi para pembaca.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah kritikan