Halaman

Sabtu, 29 Februari 2020

Makalah aliran aliran pendidikan

           Assalamualaikum, teman teman yang ingin mencari tentang aliran pendidikan untuk reverensi anda, untuk menambah ilmu anda, saya menyajikan sebuah makalah tentang aliran aliran pendidikan.





BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Sejalan dengan perkembanagn ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya, banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Pemahaman terhadap pemikiran – pemikiran penting dalam pendidikan akan membekali tenaga kependidikan dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan memahami kaitan antara pengalaman – pengalaman masa lampau, tuntutan serta kebutuhan masa kini, serta perkiraan atau antisipasi masa datang.
Aliran – aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.
B.   Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian aliran pendidikan?
2.    Apa saja macam – macam dari aliran pendidkan?
C.   Tujuan
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1.    Untuk mengetahui pengertian aliran pendidikan
2.    Untuk mengetahui macam – macam dari aliran pendidikan



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian aliran pendidikan
Aliran – aliran pendidikan adalah pemikiran – pemikiran yang membawa pembaharuan
dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu aspek dari aliran – aliran itu yang harus dipahami. Oleh karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan – aturan pendidikan.
B.   Airan – aliran yang ada dalam pendidikan
Ada 3 macam aliran dalam pendidikan, yaitu aliran klasik, aliran modern, dan aliran modern dan aliran pendidikan pokok di Indonesia.
1.    Aliran klasik
a.    Aliran Empirisme
Tokoh aliran Empirisme adalah Jhon Lock, filosofi Inggris yang hidup pada tahun 1632 – 1704. Teorinya dikenal dengan tabulae rasae (meja lilin), yang menyebutkan anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan. Faktor bawaan dari orang tua tidak di pentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan. Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik, pendidik sebagai faktor luar memang berperan penting,sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah lak, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis. Segala alat diberikan dan pendidik ahli didatangkan. Akan tetapi gagal karena bakat melukis pada anak itu tidak ada. Akibatnya dalam diri anak itu terjadi konflik, pendidikan mengalai kesukaran dan hasilnya tidak optimal.
Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman, sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dikesampingkan. Padahal ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung.
b.    Aliran Nativisme
Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhauer. la adalah filosof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang di¬bawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak mirip orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi ke-mampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orangtuanya.
Coba simak cerita tentang anak manusia yang hidup di bawah asuhan serigala. la bernama Robinson Crussoe. Crussoe sejak bayi hidup di tengah hutan rimba belantara yang ganas. la tetap hidup dan ber¬kembang atas bantuan air susu serigala sebagai induknya. Serigala itu memberi Crussoe makanan se-suai selera serigala sampai dewasa. Akhirnya, Crussoe mempunyai gaya hidup, bicara, ungkapan bahasa, dan watak seperti serigala, padahal dia adalah anak manusia. Kenyataan ini pun membantah teori Nativisme, sebab gambaran dalam cerita Robinson Crussoe itu telah membuktikan bahwa lingkungan dan didikan membawa pengaruh besar terhadap perkembangan anak.
c.    Aliran Konvergensi
Tokoh aliran Konvergensi adalah William Stem. la seorang tokoh pendidikan Jerman yang hidup tahun 1871-1939. Aliran Konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran Nativisme dan Empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting.
Anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat baik yang dibawa anak.
Dengan demikian, aliran Konvergensi menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan. Hanya saja, William Stem tidak menerangkan seberapa besar perbandingan pengaruh kedua faktor tersebut. Sampai sekarang pengaruh dari kedua faktor tersebut belum bisa ditetapkan.
d.    Aliran Naturalisme
Tokoh aliran ini adalah J.J. Rousseau. la adalah filosof Prancis yang hidup tahun 1712-1778. Natu¬ralisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga aliran Natural¬isme sering disebut Negativisme.
Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M. Arifin dan Aminuddin R., 1992: 9), yaitu:
a. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya secara alami.
b. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan se¬bagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggung jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.
c. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyedia¬kan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik. Anak didik secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri sesuai dengan minat dan perhatiannya.
Dengan demikian, aliran Naturalisme menitikberatkan pada strategi pembelajaran yang bersifat paedosentris; artinya, faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar-mengajar.

2.    Aliran Moderen
a.    Progresivisme
Progresivme adalah gerakaan pendidikan yang mengutamakan penyelnggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak, sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidkan yang masih berpusat  pada guru atau bahann pembelajaran.
Tokoh aliran Progresivisme adalah John Dewey. Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya.
Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika dibanding makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh ke-cerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya.
Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani, namun juga termanifestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan, perlu dioptimalkan. Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung di sekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun di luar sekolah.
b.    Esensialisme
Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidkan yang mem protes gerakan progresivme terhadap nilai – nilai yang tertanam  dalam warisan budaya/sosial. Menurut esnsialisme nilai – nilai yang tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah nilai – nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur angsur dengan mulai bekerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan didalamnya berakar gagasan – gagasan dan cita – cita yang telah terujidalam perjalanan waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan – kegiatan di kelas.
Aliran Esensialisme bersumber dari filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan yang diberikan keduanya bersifat eklektik. Artinya, dua aliran tersebut bertemu sebagai pendukung Esensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad yang lalu, yaitu zaman Renaisans.
Adapun pandangan tentang pendidikan dari tokoh pendidikan Renaisans yang pertama adalah Johan Amos Cornenius (1592-1670), yaitu agar segala sesuatu diajarkan melalui indra, karena indra adalah pintu gerbangnya jiwa. Tokoh kedua adalah Johan Frieddrich Herbart (1776-1841) yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan Tuhan. Artinya, perlu ada penyesuaian dengan hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu oleh Herbart disebut sebagai pengajaran.
Tokoh ketiga adalah William T. Harris (1835-1909) yang berpendapat bahwa tugas pendidikan adalah menjadikan terbukanya realitas berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan bersendikan ke-satuan spiritual. Sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-nilai yang telah turun-temurun, dan menjadi penuntun penyesuaian orang pada masyarakat.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aliran Esensialisme menghendaki agar landasan pendidikan adalah nilai-nilai esensial, yaitu yang telah teruji oleh waktu, bersifat menuntun, dan telah turun-temurun dari zaman ke zaman sejak zaman Renaisans.
c.    Rekonsruksianalisme
Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di masyarakat.
Tujuan pendidikan adalah sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat.Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Kurikulum dalam pendidikan rekonstruksionalisme berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia. Yng termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah.
d.    Perennialisme
Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi dengan berpikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami faktor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.
Tujuan pendidikan adalah diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan cenderung menitikberatkan pada sastra, matematika, bahasa dan sejarah.
e.    Idealisme
Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.
Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Tujuan Pendidikan adalah agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
3.    Aliran pendidikan pokok di Indonesia
a.    Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan kebangsaan taman siswa sendiri didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta yakni dalam bentuk Yayasan. Perguruan Taman Siswa ini mempunyai Tujuh Asas Perjuangan untuk menghadapi kolonial Belanda sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup bersifat nasional dan demokrasi.
Pertama, bahwa setiap oerang berhak mengatur dirinya sendiri. Dari asas ini jelas terlihat bahwa tujuan yang henda dicapai yaitu kehidupan yang tertib dan damai, asas ini pula yang mendorong Taman Siswa mengganti sitem pendidikan berdasarkan pada perkembangan kodrati yang kemudian lahirlah “Sistem Among” yaitu guru sebagai “Pamong”. Disini guru merupakan pemimpin yang berdiri di belakang dengan semboyan “tut wuri handayani” yang berarti tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan pada anak didik untuk berjalan sendiri dan tidak terus-menerus dicampuri, diperintah ataupun dipaksa.
Kedua, bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri. Pada asas ini siswa hendaknya dibiasakan untuk menemukan atau mencari sendiri berbagai nilai pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan pikiran dan kemampuannya sendiri. Ketiga, bahwa pengajaran harus berdasarkan pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri. Asas ini bermaksud agar dalam pengajaranya dapat mencegah terjadinya pola hidup kebarat-baratan yang dapat melunturkan kebudayaan bangsa Indonesia sendiri. Keempat, bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau seluruh rakyat. Kelima, bahwa untuk mengajar kemerdekaan hidup sepenuhnya diusahakan dengan kekuatan sendiri dan menolak bantuan apa pun yang mengikat. Keenam, bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan. Dari asa ini tersirat keharusan untuk hidup sederhana dan hemat. Ketujuh, bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamata dan kebahagiaan anak-anak.
Dari asas-asas tersebutlah kemudian dapat dilihat tujuan dari Perguruan Taman Siswa sendiri yang dapat dibagi menjadi dua jenis yakni tujuan yayasan atau keseluruhan dan tujuan pendidikan. Tujuan yang pertama yaitu sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai. Sedangkan tujuan pendidiannya ialah membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, berbudi luhur, serta sehat jasmaninya untuk menjadi masyarakat yang berguna dan bertanggungjawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
b.    Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) Kayu Tanam
Didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (Sumatera Barat). Pada awal didirikan Ruang Pendidik INS mempunyai beberapa asas yaitu Berpikir logis dan rasional, keaktifan atau kegiatan, pendidikan masyarakat, memperhatikan pembawaan anak, dan menentang intelektualisme. Setelah kemerdekaan Indonesia, Moh. Sjafei kemudian mengembangkan asas-asas tersebut menjadi dasar-dasar pendidikan Republik Indonesia. Dasar-dasar tersebut dikembangkan dengan mengintegrasikan asas-asas Ruang Pendidik INS, sila-sila dari Pancasila, dan hasil analisis alam dan masyarakat Indonesia serta pengalaman guru sekolah kartini. Ini mencakup berbagai hal seperti syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai dan sebagainya. Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam sendiri yaitu mendidik rakyat ke arah kemerdekaan, memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat, menenamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggungjawab, serta mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.


















































BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aliran – aliran pendidikan adalah pemikiran – pemikiran yang membawa pembaharuan pada pendidikan. Sejak dulu, kini maupun di masa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan iptek.
Macam – macam aliran pendidikan ada 3 yaitu:
1.    Aliran klasik
a.    Aliran Empirisme
b.    Aliran Nativisme
c.    Aliran Naturalisme
d.    Aliran Konvergensi
2.    Aliran Modern
a.    Progresivisme
b.    Esensialisme
c.    Rekonsruksianalisme
d.    Perennialisme
e.    Idealisme
3.    Aliran pendidikan pokok di Indonesia
a.    Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
b.    Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) Kayu Tanam
B.   SARAN
Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan. Guna pembaikan makalah berikutnya dan semoga makalah ini berguna bagi para pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah kritikan