Assalamualaikum, saya kali ini akan berikan ilmu yang bermaanfaat bagi kalian semua, tentang evaluasi yang berupa makalah. Semoga makalah ini bisa membantu anda untuk bisa menyelesaikan tugas, atau makalah ini menjadi reverensi yang bermanfaat.
selamat membaca
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evolusi merupakan perubahan biologis yang dialami
mahluk hidup seiring berjalannya waktu. Ada banyak sekali bukti dari banyak
sumber independen mendukung keberadaan evolusi, yang tidak bertentangan dengan
keyakinan agama atau keyakinan kepada Tuhan. Ilmuan menggunakan teori evolusi
untuk menjawab pertanyaan seperti: "Mengapa ada banyak sekali jenis
tanaman dan spesies hewan?" Dan "Bagaimana bisa kesamaan diantara
spesies dapat dijelaskan?" .
Selama
lebih dari seratus tahun, argumen pro dan kontra terhadap teori evolusi telah
diteliti dan diperdebatkan. Benarkah evolusi itu ada? Apa buktinya
kalau evolusi itu ada? Untuk menunjukkan bukti-bukti bahwa proses
evolusi itu ada, kita dapat melakukan pendekatan terhadap kenyataan / fakta
yang ada di sekitar kita. Bagi para spesialis di bidang biologi dan disiplin
ilmu lain yang terkait, mungkin pertanyaan tersebut sudah terjawab. Akan
tetapi, bagaimana bagi kelompok lain yang tidak memiliki kesempatan untuk
mengikuti jalannya perkembangan teori evolusi? .
Pernahkah kita berpikir, siapakah nenek moyang kita?
Dari berbagai proses pengamatan, bukti yang ada, dan penelitian yang dilakukan
para ahli, akhirnya muncul suatu teori evolusi. Berdasarkan data atau indikasi
yang ada, makhluk hidup (hewan dan tumbuhan) telah menghuni bumi jutaan tahun
yang lampau. Jenis-jenis yang hidup di masa lampau tersebut berbeda dengan
jenis yang hidup pada masa sekarang ini. Bahkan beberapa jenis hewan dan
tumbuhan purba saat ini telah punah, tinggal fosilnya saja.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa itu evolusi?
2.
Apa saja pembagian dari
evolusi?
3.
Bagaimana sejarah
evolusi?
4.
Apa saja teori-teori
yang mendukung evolusi?
5.
Apa saja
petunjuk-petunjuk terjadinya evolusi?
6.
Apa saja yang tergolong
dalam mekanisme evolusi?
7.
Bagaimana perkembangan
teori evolusi?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa itu evolusi.
2.
Untuk mengetahui macam-macam evolusi.
3.
Untuk mengetahui dan memahami sejarah evolusi.
4.
Untuk mengetahui teori-teori pendukung evolusi.
5.
Untuk mengetahui dan memahami petunjuk-petunjuk evolusi.
6.
Untuk mengetahui dan memahami mekanisme evolusi.
7.
Untuk mengetahui perkembangan dari teori evolusi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evolusi
Evolusi
berasal dari kata to evolve (bahasa Inggris) yang berarti berkembang atau
berubah secara perlahan-lahan. Asal katanya adalah evolut (Latin) yang berarti
menggulir.
Evolusi adalah proses perubahan secara berangsur-angsur
(bertingkat) dimana sesuatu berubah menjadi bentuk lain (yang biasanya) menjadi
lebih kompleks/ rumit ataupun berubah menjadi bentuk yang lebih baik.[
B. Macam-Macam Evolusi
1. Evolusi berdasarkan arahnya
Berdasarkan arahnya evolusi dibedakan menjadi dua.
a. Evolusi progresif
Evolusi progresif merupakan evolusi menuju pada
kemungkinan yang dapat bertahan hidup (survival). Proses ini dapat dijumpai
melalui peristiwa evolusi yang terjadi pada burung Finch.
b. Evolusi regresif
Evolusi regresif merupakan proses menuju pada
kemungkinan kepunahan. Hal ini dapat dijumpai melalui peristiwa evolusi yang
terjadi pada hewan dinosaurus.
2. Evolusi berdasarkan pada skala perubahannya
Berdasarkan skala perubahannya, evolusi dapat
dibedakan menjadi dua.
a. Makroevolusi
Makroevolusi adalah perubahan evolusi yang dapat
mengakibatkan perubahan dalam skala besar. Adanya makroevolusi dapat mengarah
kepada terbentuknya spesies baru.
b. Mikroevolusi
Berkebalikan dengan makroevolusi, mikroevolusi adalah
proses evolusi yang hanya mengakibatkan perubahan dalam skala kecil.
Mikroevolusi ini hanya mengarah kepada terjadinya perubahan pada frekuensi gen
atau kromosom.
3. Evolusi berdasarkan hasil akhir
Berdasarkan
hasil akhir, evolusi dapat dibedakan menjadi dua.
a. Evolusi divergen
Evolusi divergen merupakan proses evolusi yang
perubahannya berasal dari satu spesies menjadi banyak spesies baru. Evolusi
divergen ditemukan pada peristiwa terdapatnya lima jari pada vertebrata yang
berasal dari nenek moyang yang sama dan sekarang dimiliki oleh bangsa primata
dan manusia.
b. Evolusi konvergen
Evolusi konvergen adalah proses evolusi yang
perubahannya didasarkan pada adanya kesamaan struktur antara dua organ atau
organisme pada garis sama dari nenek moyang yang sama. Hal ini dapat ditemukan
pada hiu dan lumba-lumba. Ikan hiu dan lumba-lumba terlihat sama seperti
organisme yang berkerabat dekat, tetapi ternyata hiu termasuk dalam pisces,
sedangkan ikan lumba-lumba termasuk dalam mamalia.
C. Sejarah Evolusi
Semua makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
sebelumnya yang dapat muncul dengan variasi baru sehingga menyebabkan
keanakaragaman makhluk hidup. Adanya variasi variasi baru tersebut akan
menyebabkan terbentuknya spesis baru. Peristiwa ini disebut evolusi .
Evolusi dalah proses perubahan makhluk hidup dari generasi , secara
bertahap dan perlahan lahan yang terjadi dalam jngka waktu yang sangat lama
serta bersifat menurun sehingga terbentuk spesies baru.
Teori evolusi
sudah dikemukakan sejak zaman Aristoteles dimana teori tersebut berusaha
menjelaskan proses evolusi yang meliputi sumber variabilitas, organisasi
variasi genetic dalam populasi, diferensiasi populasi, isolasi reproduktif,
asal mula spesies dan hibridisasi. Biologi Evolusi ilmu yang lunak yang
mempunyai daya prediksi lemah. Teorinya tersusun atas data yang tidak lengkap
atau yang belum sempurna dipahami, meskipun ia tergolong ilmu hayat, bahasannya
lebih cenderung ke kutup humanika daripada ke kutup eksakta. Teori evolusi
sendiri berevolusi sejak zaman Aritoteles melalui Cuvier, lamarck, ke Erasmus
Darwin dan Charles Darwin/Alfred Wallace. Tokoh yang paling terkenal adalah
Darwin. Darwin banyak terpengaruh oleh Linnaeus dan Malthus. Teori evolusi
sendiri lebih banyak dipengaruhi oleh de Vries dan Mendel, Morgan dan Muller,
lalu Mayr, Dobhansky. Di jaman Darwin belum ada genetika, paleantropologi dan
geokronologi, bahkan ilmu-ilmu lain juga belum berkembang, seperti geologi,
paleogeografi, dan embriologi komparatif.
Sekarang
evolusi adalah teori sintetis atau teori biologi yang memanfaatkan segala
disiplin yang relevan. Seperti paleontology, palaekologi, biostratigrafi, paleogeografi,
biologi molekuler, biokimia, biostatistik dan lain sebagainya. Teori evolusi
akan mudah dipelajari jika kita memahami prinsip-prinsip dari disiplin ilmu
tersebut.
Evolusi
adalah suatu perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit dan memakan waktu
yang lama. Perubahan yang dimaksudkan disini adalah perubahan struktur dan
fungsi makhluk hidup dari yang sederhana menuju struktur dan fungsi yang
kompleks dan beragam. Perubahan yang terjadi
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu; perubahan progresif dan perubahan
retrogresif. Perubahan progresif yaitu perubahan struktur dan fungsi makhluk
hidup dari kondisi sederhana menuju kondisi yang maju atau modern untuk dapat
bertahan hidup. Perubahan retrogresif yaitu perubahan struktur dan fungsi yang
menuju kepunahan. Kepunahan terjadi tidak hanya karena mundurnya struktur dan
fungsi tetapi juga dapat terjadi karena perkembangan struktur dan fungsi yang
melebihi proporsinya sehingga makhluk hidup tersebut tidak mampu bertahan
hidup.
Perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup sangat tergantung pada struktur
DNA dari makhluk hidup tersebut, sehingga pengertian evolusi biologi adalah
perubahan frekuensi gena dalam suatu populasi karena faktor-faktor atau
mekanisme evolusi. Adapun faktor-faktor evolusi adalah rekombinasi seksual, mutasi, seleksi alam,
arus gen / gen flow, dan genetic drift. Proses evolusi dapat
berbeda dalam skala, tempo dan moda. Evolusi juga dapat berlangsung lama untuk
hewan besar (makroevolusi), maka yang dapat diekplorasi adalah mikroevolusi pada
makhluk hidup dengan umur generasi yang pendek
Sebagai ilmu historis yang integratif, biologi evolusi masih banyak
mempunyai banyak kelemahan, sehingga dimungkinkan terjadi perbedaan pendapat di
kalangan para ahli. Pertentangan teori evolusi belum akan berakhir sampai
sekarang. Saat ini, di berbagai negara berlangsung upaya kolektif untuk
mendorong sekolah-sekolah di sana untuk mengajarkan tidak hanya teori evolusi
di kelas-kelas biologi, tapi juga teori alternatifnya, seperti apa yang disebut
sebagai teori kreasionisme yaitu teori
penciptaan menurut kitap suci. Dalam pandangan pendukung kreasionisme,
argumen Darwin bahwa seluruh mahluk hidup ini berawal dari sebuah sel
tunggal yang kemudian berevolusi selama jutaan tahun menjadi beragam spesies
dan sub-spesies seperti yang kita kenal sekarang, tidak berdasarkan pada bukti
yang tak terbantahkan.
Sebaliknya, mereka percaya – seperti juga yang diyakini Harun Yahya --
keragaman spesies ini terjadi karena dengan sengaja dirancang oleh Sang
pencipta. Dengan kata lain, sejak
awal Tuhan menciptakan, manusia, gajah, monyet, ular dan beragam mahluk lainnya
secara unik. Yang satu tidak berhubungan dengan yang lain.
Ini bukan sekadar argumen ideologis. Yang menjadikan kalangan pendukung
teori kreasionisme merasa layak membantah teori Darwin adalah karena,
dalam pandangan mereka, teori-teori evolusi sendiri mengandung banyak
kelemahan dan cacat. Teori-teori ini memang berdasarkan pada bukti-bukti
kesamaan yang terlihat di antara fosil mahluk hidup dari jutaan tahun lalu
dengan, misalnya, mahluk hidup kontemporer. Bagi para pengecam teori evolusi,
rangkaian kesamaan itu tidak dengan sendirinya mengindikasikan adanya mata
rantai yang berkesinambungan.
Bagi pendukung teori evolusi teori kreasionisme juga bukan tanpa cacat.
Jacob (2001) mengatakan bahwa Harun Yahya dengan bukunya Keruntuhan Teori
Evolusi dikritik sebagai karangan pamlet yang total menentang teori evolusi.
Teori Kreasionisme yang diajukan tidak terperinci dan tidak memberi keterangan
alternatif tentang bukti-bukti evolusi menurut teori kreasionisme. Harun Yahya
tampak tidak memahami makna survival
of the fittest sebagai bentuk
transisi hubungan seleksi alam dan arah evolusi. Ia heran bahwa teori evolusi
hanya tambal sulam, padahal seluruh ilmu alamiah adalah ilmu batu bata yang
disusun satu persatu.
Jacob (2001) juga menulis bahwa Harun Yahya terlalu takjub oleh beberapa
spesies hewan seperti lebah mempunyai kemahiran membuat sarang yang tidak dapat
ditiru oleh manusia. Luput dari observasinya bahwa semua makhluk hidup
mempunyai keistimewaan masing-masing, yang tidak dapat ditiru oleh makhluk
lain. Mahasiswa yang benar-benar ingin mendalami biologi evolusi sebaiknya
membaca buku-buku ilmiah dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah luntur imannya.
Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem untuk mengetahui bagaimana alam bekerja
dan di belakang itu semua ada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang tetap ada meskipun
ada yang mengatakan ia tidak ada.
D.
Teori Evolusi
1.
Teori Abiogenesis (generatio spontanea)
Teori abiogenesis adalah teori yang menyatakan bahwa makhluk
hidup berasal dari benda mati. Teori Abiogenesis Teori yang dikemukakan Aristoteles (384-322 SM) ini menyatakan
bahwa makhluk hidup tercipta dari benda tak hidup yang berlangsung secara
spontan (generatio spontanea). Misalnya cacing dari tanah, ikan dari lumpur,
dan sebagainya.
Aristoteles (384-322 SM),
adalah seorang filsuf dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Sebenarnya dia
mengetahui bahwa telur-telur belut yang menetas akan menjadi belut
yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil
perkawinan dari induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan
bahwa ada belut yang berasal dari Lumpur.
Menurut penganut paham
abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja secara spontan. Itu
sebabnya, teori abiogenesis ini disebut juga generation spontanea. Bila
pengertian abiogenesis dan generation spontanea digabung, maka konsepnya
menjadi: makhluk hidup yang pertama kali di bumi berasal dari benda mati / tak
hidup yang terjadinya secara spontan.
Gambar 9.1. Mikroskop yang
dibuat Antonie
Van Leeuwenhoek
Paham abiogenesis bertahan
cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno (ratusan tahun sebelum Masehi)
hingga pertengahan abad ke-17, dimana Antonie Van Leeuwenhoek menemukan
mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati makhluk-makhluk aneh
yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para
pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini
seolah-olah memperkuat pendapat mereka tentang abiogenesis. Hasil pengamatan
Anthoni ditulisnya dalam sebuah catatan ilmiah yang diberi judul “Living in
a drop of water“. Tokoh lain pendukung teori ini adalah John Needham.
2. Teori Biogenesis
Teori biogenesis
adalah teori asal usul kehidupan yang menyatakan
bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup lain. Adapun
para ilmuwan yang mengemukakan teori ini Francesco Redi, Lazzaro
Spallanzani, dan Louis Pasteur. Mereka melakukan pengamatan tersendiri
yang lebih terencana dan terstruktur.
- Percobaan
Francesco Redi (1626-1698)
Francesco Redi adalah orang pertama yang melakukan
percobaan untuk menyanggah teori abiogenesis. Redi membuat percobaan dengan
memasukkan daging ke dalam dua buah toples; toples tanpa penutup (terbuka) dan toples
dengan penutup.
Setelah beberapa hari diamati, muncul larva di daging
dalam toples yang terbuka. Sementara daging di toples yang tertutup bersih.
Redi pun berkesimpulan bahwa belatung tersebut berasal dari lalat-lalat yang
masuk ke dalam toples dan bertelur di sana. Tidak berhenti sampai di situ, Redi
kembali membuat percobaan untuk meyakinkan kesimpulannya.
Percobaan Francesco Redi (Sumber: socratic.com)
Dia memodifikasi toples yang digunakan dengan membuat
tutup yang terbuat dari kain kassa. Hal ini dia lakukan agar udara dari luar
bisa masuk dan terjadi pembusukan daging, tetapi lalat tidak dapat masuk
sehingga mencegah munculnya telur lalat. Hasilnya? Daging tersebut
membusuk, dan tidak ada larva yang lahir. Francesco Redi membuktikan bahwa
larva yang muncul bukan berasal dari daging, melainkan telur lalat.
- Percobaan
Lazzaro Spallanzani (1765)
Hampir mirip
dengan percobaan yang dilakukan oleh Redi, Spallanzani berusaha membuktikan
bahwa munculnya organisme berasal dari organisme lain yang hidup. Spallanzani
melakukan pengujian dengan memanaskan air kaldu (rebusan daging) di dua tempat
yang berbeda. Setelah dipanaskan, masing-masing wadah diberikan kondisi yang
berbeda: wadah yang pertama diberi penutup, sementara wadah satunya dibiarkan
terbuka.
Percobaan Lazzaro Spallanzani
(Sumber: timetoast.com)
Setelah didiamkan
beberapa hari, terlihat bahwa di wadah yang terbuka, kondisi air kaldu menjadi
keruh dan aromanya busuk. Di sisi lain, kondisi air kaldu pada wadah yang
tertutup tetap jernih. Kok bisa? Ini terjadi karena adanya aktivitas
mikroorganisme yang berasal dari udara bebas. Lazzaro Spallanzani membuktikan
bahwa organisme tidak lahir dari benda mati (air, kaldu), melainkan dari
makhluk hidup lain.
- Percobaan Louis Pasteur
Meskipun sudah dilakukan penelitian oleh Redi
dan Spallanzani, teori abiogenesis tetap berdiri. Para pendukungnya menyangkal
kesimpulan yang dibuat oleh Spallanzani dan mengatakan bahwa mikroorganisme
tidak tumbuh karena tidak ada udara. Menurut mereka, udara dibutuhkan untuk
menyokong kehidupan.
Sampai akhirnya Louis Pasteur, ahli
biokimia kebangsaan Perancis, berhasil menyempurnakan percobaan
Spallanzani. Sekaligus mematahkan teori abiogenesis. Pasteur
memodifikasi salah satu wadah yang digunakan Spallanzani dengan wadah labu
berleher panjang. Untuk apa? Leher panjang ini berguna sebagai indikator yang
memberitahukan bahwa masih ada hubungan antara labu dan udara di luar (masih
ada oksigen untuk mikroorganisme hidup).
Ilustrasi oleh Megan Whitaker
Lalu bagaimana hasilnya?
Setelah dipanaskan dan didiamkan
beberapa hari, ternyata air kaldu yang ditempatkan di labu berleher panjang
tetap jernih. Tetapi, di bagian ujung lehernya muncul banyak debu dan kotoran.
Sementara pada wadah yang terbuka, mengandung mikroorganisme.
Louis
Pasteur membuktikan bahwa mikroorganisme yang muncul dari air kaldu bukan
berasal dari air kaldu itu sendiri, tetapi dari mikroorganisme yang ada di
udara luar.
Eksperimen ini pun mematahkan teori abiogenesis dan
menghasilkan teori baru dengan 3 isi sebagai berikut:
1) Omne vivum ex ovo: Semua makhluk
hidup berasal dari telur
2) Omne ovum ex vivo: Semua telur
berasal dari makhluk hidup
3) Omne
vivum ex vivo: Semua makhluk hidup berasal dari makhluk hidup.
3.
Teori Evolusi Kimia
Proses pembentukan kehidupan di permukaan bumi terjadi
secara perlahan-lahan menghasilkan adanya kehidupan yang diterangkan menurut
teori abiogenesis modern oleh Oparin dan Haldane. Pada tahun
1920-an, dua orang ahli (Oparin dari Rusia dan Haldane dari Inggris) membuat
postulat bahwa atmosfer bumi pada zaman purba memiliki kecenderungan
menyintesis senyawa organic dari molekul anorganik purba, yaitu metana (CH4),
ammonia (NH3), hidrogen (H2), dan air (H2O).
Namun, Oparin dan Haldane hanya mengemukakan pstulat (hipotesis yang tidak
didukung dengan bukti-bukti). Alasannya karena sulit meniru kondisi atmosfer
purba.
Tahapan Evolusi Kimia
Evolusi kimia berlangsung sebelum evolusi biologi.
Tahapan yang diperkirakan terjadi adalah sebagai berikut.
1.
Pembentukan senyawa kimia organik sederhana dari zat-zat anorganik dengan
bantuan energi kosmis di atmosfer purba.
2.
Pembentukan senyawa kimia yang lebih kompleks: urea, formaldehid, asetat, dan
sebagainya asam amino, glukosa, asam lemak, nukleotida.
3.
Pembentukan senyawa kompleks dengan cara polimerasi senyawa monomer organic:
4.
asam amino polimer protein
5.
glukosa polimer amilum, selulosa
6.
asam lemak + gliserol lemak
7.
nukleotida RNA
8.
Beberapa molekul sederhana dan molekul polimer berinteraksi menjadi agregat
seluler. Beberapa molekul berfungsi secara structural dan menjadi substrat
reaksi untuk menghasilkan energi bagi reaksi-reaksi sintesis.
9.
Beberapa molekul (nukleotida) mengalami polimerasi menjadi RNA yang mampu
bertindak sebagai enzim untuk sintesis, sekaligus mengarahkan jalannya
reaksi-reaksi dalam kompartemen (koaservat atau protobion).
10.
RNA menjadi cukup stabil untuk bertindak sebagai molekul pembawa informasi
genetis.
11.
Reaksi-reaksi kimia agregat cikal bakal seluler tersebut tersekat atau terjebak
dalam sekat hidrofobik (lemak) dan ini menjadi cikal bakal sel.
4.
Evolusi Biologi
Miller telah membuktikan bahwa
interaksi antar metana, amonia, air, dan hidrogen, ternyata membentuk asam
amino yang merupakan substansi dasar sel hidup. Dengan demikian teori evolusi kimia telah
berhasil dibuktikan secara eksperimental. Akan tetapi sampai
sekarang belum diketahui bagaimana proses munculnya sel hidup yang pertama.
Namun demikian para ahli sepakat menyusun skenario sebagai berikut:
Bahan organik yang terdapat di perairan
(sup purba) akan saling berinteraksi membentuk makromolekul.
Ini dibuktikan oleh Sydney W. Fox dengan mencampur
berbagai asam amino dan juga berbagai monomer atau subunit seperti glukosa dan
kemudian memanaskannya. Ternyata makromolekul-makromolekul memang dapat
terbentuk. Makromolekul yang telah terbentuk cenderung membentuk agregat atau koaservat.
Koaservat berbentuk bulatan atau tetesan kecil di dalam air dan dibatasi dari
medium luarnya oleh lapisan membran tipis. Fox dalam percobaannya juga
menunjukkan bahwa molekul protein yang terbentuk dengan pemanasan juga
membentuk koaservat. Koaservat-koaservat memiliki membran yang memisahkannya
dari medium di sekelilingnya. Bahkan Fox juga menunjukkan bila koaservat
tersebut dimasukkan de dalam larutan yang hipertonik, mereka akan menyusut. Ini
menunjukkan bahwa koaservat mempunyai sifat dapat melakukan osmosis
seperti halnya sel hidup.
Tahapan dalam evolusi kehidupan menurut
hipotesis Oparin: 1. Bumi primitif. Atmosfir mengandung hidrogen, air, metana
dan amonia. 2. Sintesis dari campuran organik sederhana: alkohol, gliserin,
asam organik, purin, dan pirimidin. 3. Sintesis dari makromeolekul:
karbohidrat, lemak, protein, enzim, nukleotida, dan asam nukleat. 4 Gabungan
dari berbagai makromolekul membentuk partikel-partikel besar dan kompleks. 5.
Membran membungkus organisme-organisme heterotrof primitif yang melakukan
fermentasi. 6. Permulaan duplikasi dan reproduksi molekular. 7. Fotosintesis
dan respirasi.
|
Koaservat satu dengan yang lain
lalu berinteraksi membentuk koaservat yang lebih besar. Ini memungkinkan
terbentuknya berbagai campuran molekul-molekul berbeda di dalam satu koaservat.
Terbentuknya membran primitif akan disusul oleh terbentuknya
membran yang sesungguhnya. Membran tersebut akan melindungi
makromolekul-makromolekul yang ada di dalamnya. Disamping itu juga mendekatkan
antar molekul tersebut agar dapat lebih mudah berasosiasi atau meningkatkan
kesempatan mereka melakukan reaksi-reaksi kimia.
Koaservat dengan membran akan
berkembang menjadi lebih kompleks bila di dalam reaksi kimia selanjutnya dapat
membentuk asam nukleat yang dapat memegang peranan
penting dalam pengendalian aktivitas koaservat, termasuk kegiatan pembentukan
keturunan yang harus memiliki struktur dan komposisi molekul-molekul yang
sama dengan koaservat induknya. Fase inilah yang dianggap sebagai
tahap sel hidup pertama (sel primitif).
Transformasi bahan organik hasil evolusi kimia menjadi sel hidup
yang pertama, berlangsung melalui evolusi biologi, dan berlangsung sampai
sekarang hingga tercipta seluruh makhluk hidup yang ada saat ini.
E.
Petunjuk-Petunjuk Evolusi
Petunjuk evolusi digunakan untuk
menjawab kebenaran tentang adanya evolusi. Petunjuk evolusi berupa fakta-fakta
yang terdapat di bumi yang mendukung peristiwa evolusi sebagai berikut.
1.
Variasi dari Individu-Individu dalam Satu Keturunan
Kenyataan di alam tidak pernah
ditemukan individu yang sama persis, meskipun dalam satu keturunan. Adanya
perbedaan tersebut menimbulkan variasi. Individu yang mengalami variasi disebut
varian. Darwin berpendapat variasi-variasi tersebut dipengaruhi oleh faktor
dari luar, misal makanan, suhu, dan tanah. Jika individu yang telah mengalami
perubahan berada pada tempat yang berbeda dari asalnya, dalam perkembangannya
akan mengalami perubahan yang sifatnya menetap dan akan makin berbeda dengan
nenek moyang dari tempat asal-usulnya. Darwin juga berpendapat pada peristiwa
domestikasi spesies yang dimuliakan, manusia berasal dari spesies liar yang
kemudian mengalami perubahan yang akhirnya terjadi variasi. Terjadinya variasi
digunakan sebagai petunjuk adanya evolusi yang mengarah pada terbentuknya
spesies-spesies baru.
2.
Petunjuk Fosil dari Berbagai Lapisan Bumi
Fosil digunakan sebagai petunjuk
evolusi karena merupakan sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang telah membatu yang
berada pada lapisan-lapisan bumi. Lapisan-lapisan bumi menunjukkan tingkat usia
bumi sehingga dapat dijadikan petunjuk adanya hewan atau tumbuhan pada
masa-masa tertentu. Umur fosil ditentukan berdasarkan lapisan bumi tempat fosil
ditemukan. Dengan membandingkan macam˗macam fosil dari berbagai lapisan bumi
diperoleh petunjuk bahwa telah terjadi evolusi. Adanya perubahan bentuk˗bentuk
fosil dari lapisan bumi yang tua ke lapisan bumi yang muda, merupakan petunjuk
mengenai adanya evolusi. Ditemukannya fosil kuda secara lengkap pada setiap
zaman geologi menunjukkan adanya perubahan secara berangsur˗angsur dalam waktu
yang lama sesuai dengan perubahan masa. Kuda yang pertama ditemukan disebut Eohippus
yang hidup pada zaman Eosin 60 juta tahun yang lalu.
Perubahan-perubahan yang terjadi
dari Eohippus sampai Equus adalah sebagai berikut.
a.
Ukuran dari sebesar kucing berkembang sampai menjadi sebesar kuda seperti
sekarang.
b.
Perkembangan kepala makin besar sehingga jarak antara ujung mulut dengan mata
makin panjang.
c.
Leher makin tumbuh panjang dan mudah digerakkan.
d.
Perkembangan geraham depan dan belakang makin sempurna untuk menghancurkan
makanan (rumput) secara mekanis.
e.
Anggota tubuh makin panjang, sehingga kemampuan
f.
berlari makin cepat.
g.
Perubahan bentuk dan jumlah jari kaki dari berjumlah 5 hingga tinggal satu jari
yang tumbuh membesar dan panjang. Jari ke-2 dan ke-4 mereduksi hingga tidak
berfungsi lagi.
Gambar. 1.4
Evolusi kuda
Sumber. Encarta Encyclopedia
3.
Homologi Antarorgan-organ pada Makhluk Hidup
Homologi adalah organ-organ yang
mempunyai bentuk asal sama dan kemudian berubah strukturnya sehingga fungsinya
berbeda. Homologi digunakan sebagai petunjuk evolusi dengan membandingkan
asal-usul organ-organ makhluk hidup tersebut dari berbagai spesies. Contoh,
tangan manusia homolog dengan kaki depan kucing, kuda, buaya, dan vertebrata
lainnya, namun fungsi dari anggota depan masing- masing spesies tersebut
berbeda. Sebaliknya, organ-organ yang sama fungsinya tetapi memiliki asal˗usul yang
berbeda disebut analog. Contoh, sayap burung analog dengan sayap serangga.
Macam˗macam anggota gerak itu pada spesies-spesies tersebut mengalami
modifikasi yang adaptif.
Gambar 1. 5 Homologi
anggota tubuh depan berbagai macam Vertebrata
Sumber: Encarta Encyclopedia
4.
Embriologi Perbandingan dalam Perkembangan Makhluk Hidup
Embriologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang perkembangan embrio. Perkembangan embrio menunjukkan adanya
kesamaan pada fase-fase perkembangannya. Haeckel (1834–1919) mengemukakan Teori
Rekapitulasi yang menyatakan bahwa suatu organisme atau individu dalam
perkembangannya (ontogeni) cenderung untuk merekapitulasi tahap-tahap
perkembangan yang telah dilalui nenek moyangnya (filogeni). Filogeni adalah
sejarah perkembangan organisme dari filum paling sederhana hingga paling
sempurna. Ontogeni adalah sejarah perkembangan organisme dari zigot sampai
dewasa. Ontogeni organisme merupakan ulangan dari sejarah perkembangan evolusi
atau dengan kata lain ontogeni merupakan ulangan singkat dari filogeni. Dalam
embriologi perbandingan terdapat hubungan kekerabatan pada Vertebrata yang
ditunjukkan adanya persamaan bentuk perkembangan yang dialami dari zigot sampai
embrio. Makin banyak persamaan yang dimiliki embrio-embrio menunjukkan makin dekatnya
hubungan kekerabatan.
Gambar. 1.6 Perkembangan bermacam-macam embrio
Vertebrata
Sumber: Biologi, 1992
5.
Pengaruh Penyebaran Geografis Makhluk Hidup
Letak geografis berpengaruh terhadap
faktor-faktor utama yang menentukan berbagai tipe atau karakteristik habitat
tertentu. Iklim merupakan faktor utama yang menentukan tipe tanah maupun
spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah tersebut. Sebaliknya jenis tumbuhan yang
ada menentukan jenis hewan dan mikroorganisme yang akan menghuni daerah tersebut.
Pada dasarnya iklim tergantung pada matahari. Matahari bertanggung jawab tidak
hanya sebagai intensitas cahaya yang tersedia untuk proses fotosintesis tetapi
juga temperatur pada umumnya. Komponen iklim lain yang menentukan organisme apa
yang dapat hidup di suatu daerah adalah kelembapan. Curah hujan yang banyak
diperlukan untuk mendukung pertumbuhan pohon-pohon yang besar, sedangkan curah
hujan yang sedikit membantu komunitas yang didominasi oleh pohon-pohon pendek,
semak belukar, dan rumput. Dengan demikian iklim merupakan salah satu faktor
utama terbentuknya daerah-daerah biografi. Daerahdaerah biografi menekankan
terutama pada sejarah evolusi (perkembangan) dari kelompok-kelompok organisme.
Dari mana mereka berasal, bagaimana mereka menyebar, dan bagaimana
distribusinya pada masa sekarang dapat menjelaskan tentang sejarahnya pada masa
lalu.
F.
Mekanisme Evolusi
Proses
evolusi dapat terjadi karena variasi genetik dan seleksi alam. Adanya variasi
genetik akan memunculkan sifat-sifat baru yang akan diturunkan. Variasi genetik
ini disebabkan karena adanya mutasi gen. Seleksi alam juga merupakan mekanisme
evolusi. Individu-indivu akan beradaptasi dan berjuang untuk mempertahankan
hidupnya, sehingga individu akan mengalami perubahan morfologi, fisiologi, dan
tingkah laku. Faktor-faktor yang berpengaruh di dalam mekanisme evolusi antara
lain seperti berikut.
a. Mutasi.
Peristiwa mutasi akan mengakibatkan terjadinya perubahan frekuensi gen,
sehingga akan mempengaruhi fenotipe dan genotipe. Mutasi dapat bersifat
menguntungkan dan merugikan. Sifat menguntungkan maupun merugikan tersebut
terjadi jika:
dapat
menghasilkan sifat baru yang lebih menguntungkan,
dapat
menghasilkan spesies yang adaptif,
memiliki
peningkatan daya fertilitas dan viabilitas.
Selain menguntungkan,
ada kemungkinan mutasi bersifat merugikan yaitu menghasilkan sifat-sifat yang
berkebalikan dengan sifat-sifat di atas.
b. Seleksi alam
dan adaptasi. Proses adaptasi akan diikuti dengan
proses seleksi. Individu yang memiliki adaptasi yang baik akan dapat
mempertahankan hidupnya, memiliki resistensi yang tinggi dan dapat melanjutkan
keturunannya. Sedangkan individu yang tidak dapat beradaptasi akan mati
selanjutnya akan punah. Untuk memahami adaptasi dan seleksi alam.
c. Aliran gen.
Dengan adanya aliran gen maka akan terjadi perpindahan alel di antara
populasi-populasi melalui migrasi dan individu yang kawin.
d. Perkawinan
yang tidak acak. Perkawinan tak acak dapat mengakibatkan alel yang membawa
sifat lebih disukai akan menjadi lebih sering dijumpai dalam populasi,
sedangkan alel dengan sifat yang tidak disukai akan berkurang dan mungkin akan
hilang dari populasi. Perkawinan yang terjadi antar keluarga dekat dapat
mengakibatkan frekuensi gen abnormal atau gen resesif.
e. Genetik drift.
Genetik Drift merupakan perubahan secara acak pada frekuensi gen dari populasi
kecil yang terisolasi. Keadaan ini dapat Anda jumpai pada populasi terisolir
kaum Amish di Amerika, ternyata ada yang membawa alel yang menyebabkan sifat
cebol satu dari setiap seribu kelahiran. Hasil perkawinan secara acak tidak
akan mengubah populasi tertentu. Penghitungan populasi secara acak tersebut
dapat ditentukan dengan hukum Hardy Weinberg.
Hukum Hardy Weinberg ditemikan oleh ahli
Fisika W. Weinberg dan ahli matematika G.H. Hardy pada tahun 1908. Kedua ahli
tersebut berasal dari inggris. Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa
frekuensi alel dan
frekuensi genotipedalam
suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan dari satu
generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh
tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, dan
ukuran populasi terbatas.
Hukum Hardy
Weinberg menyatakan bahwa frekuensi gen dalam populasi dapat tetap distabilkan
dan tetap berada dalam keseimbangan dari satu generasi.
Syarat
berlakunya asas Hardy-Weinberg
a) Perkawinan terjadi secara acak
b) Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi
terjadinya mutasi, sama besar.
c) Tidak terjadi migrasi
d) Jumlah individu dari suatu populasi selalu
besar
Secara
umum, hukum Hardy Weinberg dapat dirumuskan sebagai berikut.
Bila frekuensi
alel A di dalam populasi diumpamakan p
Frekuensi alel a
diumpamakan q
Hasil perkawinan
heterozigote antara Aa × Aa akan diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Homozigot
dominan AA = p × p = p2
2) Heterozigot 2
Aa = 2p × q = 2pq
3) Homozigot
resesif = aa = q × q = q2
Sehingga
persamaan rumusnya adalah:
p2 (AA) + 2 pq
(Aa) + q2 (aa)
karena (p + q)2
= 1, maka p + q = 1, sehingga p = 1 – q
Untuk menjelaskan hukum ini
digunakan contoh perkawinan sapi shorthorn warna merah, putih, dan roan.
Seperti diketahui, sifat ini dikontrol oleh dua alel yang kodominan, yaitu alel
merah (R) dan alel putih (r). Jika kita asumsikan bahwa frekuensi gen merah
adalah p dan frekuensi gen putih adalah q, dengan p = 0,7 dan q = 0,3 maka
proporsi gen sapi merah RR dan adalah p² = (0,7)² = 0,49, proporsi sapi putih =
q² = (0,3)² = 0,9 dan proporsi sapi roan = 2pq = 2 (0,7) X (0,3) = 0,42. Akan
dua didepan pq disebabkan oleh adanya dua kemungkinan terbentuknya sapi roan
yaitu dari pertemuan sperma yang mengandung gen R dengan sel besar dengan sel telur
yang mengandung gen r dan dari sperma yang mengandung gen r sperma dengan sel
telur yang mengandung gen R.
Contoh paling sederhana dapat terlihat
pada suatu lokus tunggal beralel ganda:
alel yang dominan ditandai A dan yang resesif ditandai a. Kedua
frekuensi alel tersebut ditandai p dan q secara
berurutan; freq(A) = p; freq(a) = q; p + q = 1.
Apabila populasi berada dalam kesetimbangan, maka freq(AA) = p2 untuk homozigot AA dalam
populasi, freq(aa) = q2 untuk
homozigot aa, dan freq(Aa) = 2pq untuk heterozigot.
Ada dua hal yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan hukum hardy weinberg yaitu
1. Jumlah
frekuensi gen dominan dan resesif ( p + q ) adalah 1
2. Jumlah
proporsi dari ketiga macam genotip ( p² + 2pq + q²) adalah 1
Jadi, pada dasarnya hukum
ini menyatakan bahwa frekuensi gen dominan dan resesif. Pada suatu populasi
yang cukup besar tidak akan berubah dari satu generasi ke generasi lainnya jika
tidak ada seleksi migrasi, mutasi, dan genetik drift. Keadaan
populasi yang demikian disebut dalam keadaan
G. Perkembangan Teori Evolusi
Evolusi
merupakan perubahan makhluk hidup secara perlahan lahan dalam waktu yang lama
sekali. Evolusi pertama kali diteliti oleh Charles Robert Darwin, yakni pada
tanggal 27 Desember 1831 dengan menggunakan kapal AL Kerajaan Inggris HMS “BEAGLE”,
pergi meninggalkan pelabuhan Plymouth menjelajah Lautan Pasifik dan pada akhir
tahun 1835 terdampar di Kepulauan
Galapagos.
Dari hasil pengamatan selama 3 minggu pada burung
Finch di dapat hubungan antara Burung yang terdapat di Pantai Barat Ekuador (Amerika
Selatan). Hasil pengamatan tersebut dibuatlah suatu Hipotesis tentang Evolusi
yang dikenal dengan Hipotesis Darwin.
Banyak temuan, simpulan, dan teori yang ternyata
menjadi dasar atau perhatian bagi munculnya teori evolusi. Perhatikan
pokok-pokok pikiran dari teori tentang makhluk hidup berikut ini.
1. Carolus Linnaeus (1707 1778), membuat sebuah
ketentuan cara mencari keteraturan posisi antarmakhluk hidup dengan mencari
persamaan sifat, dan mengelompokkan yang mirip ke dalam satu kelompok. Pengelompokan
dilakukan secara berjenjang (diistilahkan dengan takson), mulai dari jenjang
yang paling rendah (takson spesies) sampai jenjang yang paling tinggi (takson
kingdom). Jenjang ditentukan dari pengelompokan dengan kemiripan sifat-sifat
khusus, menempati takson terendah, sampai pada jenjang untuk pengelompokan
makhluk hidup dengan kategori sifat-sifat umum pada takson yang paling tinggi.
Linnaeus juga membuat suatu cara penamaan jenis makhluk hidup dengan sistem
Binomial nomenklatur. Dengan sumbangan ilmunya ini Linnaeus disebut sebagai
pendiri Taksonomi, suatu ilmu yang membahas tentang penamaan dan pengelompokan
makhluk hidup yang sangat beraneka ragam.
2. Georges Cuvier (1769 1832), seorang ahli anatomi,
tetapi sangat perhatian terhadap paleontologi (ilmu mengenai fosil). Cuvier
mendukung teori Katastropi (catastrophism) yang menyatakan bahwa makhluk hidup
setiap strata tidak ada hubungan kekerabatan karena setiap strata terbentuk
akibat terjadinya bencana alam, seperti gempa, banjir, atau kemarau yang panjang.
Jika strata lenyap oleh bencana, muncul strata baru lengkap dengan makhluk
hidup baru, yang berpindah dari daerah lain. Dari temuan fosil di lembah Paris,
Cuvier menyimpulkan bahwa batuan yang membentuk bumi ini tersusun berupa
lapisan-lapisan (strata). Setiap strata dihuni oleh berbagai makhluk hidup yang
unik, berbeda strukturnya dengan makhluk penghuni strata lainnya. Cuvier yakin
bahwa makhluk modern di lapisan bumi paling atas sangat berbeda dengan makhluk
di strata tua di lapisan bawah.
3. James Hutton (1726 1797), mengemukakan teori
gradualisme, yang menyebutkan bahwa bentuk bumi dan lapisan-lapisannya
merupakan hasil perubahan yang berlangsung secara bertahap, terus-menerus, dan
lambat (dalam waktu lama).
4. Charles Lyell (1797 1875), mengemukakan teori
Uniformitarianisme (keseragaman). Menurut Lyell, proses perubahan lapisan
batuan dan bentuk permukaan bumi dari zaman ke zaman selalu sama atau tidak
berubah. Charles Darwin, terinspirasi oleh teori Hutton dan Lyell dengan
membuat sebuah pemikiran bahwa perubahan bumi secara lambat menunjukkan bumi
sudah tua. Kemudian proses yang lambat, tetapi terus-menerus dalam waktu lama
pasti menghasilkan perubahan yang cukup besar.
5. Jean Baptiste Lamarck (1744 1829), melihat adanya
kecenderungan makhluk sederhana berubah menjadi makhluk yang lebih kompleks
dengan prinsip adanya proses perubahan menuju kesempurnaan. Perubahan menjadi
sempurna ini menurut Lamarck karena harus beradaptasi pada lingkungannya.
Proses adaptasi ini dijelaskan Lamarck melalui dua hal. Pertama, adanya proses
use (menggunakan) dan disuse (tidak menggunakan) dari bagian-bagian tubuh
organisme, bergantung pada kebutuhannya. Contoh yang diberikan oleh Lamarck,
yaitu otot bisep (otot lengan atas) yang digunakan terus-menerus, dan otot
leher jerapah yang digunakan untuk menggapai dedaunan pada pohon-pohon tinggi
seperti pada Gambar berikut.
Menurut Lamarck, organ tubuh yang digunakan secara
luas untuk menghadapi lingkungan akan berkembang lebih besar, sedangkan bagian
tubuh yang kurang digunakan akan mengalami penyusutan. Kedua, Lamarck
berkeyakinan adanya pewarisan sifat-sifat yang diperoleh. Keadaan otot bisep
yang semakin besar akibat penggunaan terus-menerus akan diwariskan kepada
keturunannya. Dengan kata lain, keturunan akan lahir dengan sifat otot bisep
besar dengan sendirinya.
Demikian pula, leher panjang jerapah akan terwaris
dengan sendirinya kepada keturunannya. Padahal perubahan organ tubuh tersebut
hasil modifikasi, dan tidak ada bukti bahwa sifat-sifat yang diperoleh dapat
diwariskan. Suatu kehormatan bagi Lamarck, adanya pengakuan bahwa memang
adaptasi terhadap lingkungan merupakan produk evolusi.
a. Pada awalnya seluruh jerapah berleher pendek,
sementara daun-daunan makanannya di pohon harus dijangkau karena letaknya yang
tinggi.
b. Karena sering menjangkau daun, leher jerapah
semakin panjang sehingga jerapah generasi berikutnya semakin tinggi.
c. Penyesuaian dan pewarisan hasil adaptasi ini
berlanjut sehingga jerapah masa kini berleher panjang.
6. Charles Darwin (1809 1882), menjelaskan bahwa
evolusi menghasilkan keanekaragaman hayati. Makhluk hidup mengalami evolusi
melalui mekanisme seleksi alam. Organisme yang kuatlah yang akan melestarikan
jenisnya. Darwin, mengemukakan pula adanya kemampuan adaptasi organisme agar
mampu melewati seleksi alam. Darwin menggambarkan fenomena ketiga hal ini
melalui contoh yang terkenal, yaitu gambar perkembangan leher jerapah.
Contoh ini menjadi komparatif terhadap contoh
perkembangan leher jerapah dari Lamarck.
a. Populasi jerapah, panjang lehernya berbeda-beda,
ada yang panjang ada yang pendek.
b. Terjadi seleksi alam dalam hal mendapatkan makanan.
Jerapah berleher pendek mati.
c. Seleksi alam berlanjut sehingga menghasilkan
generasi jerapah seperti sekarang.
Menurut Darwin, seluruh makhluk hidup berkerabat
melalui garis keturunan dari organisme yang hidup pada zaman purbakala.
Keturunan yang berpencar ke berbagai macam habitat di muka bumi akan
mengembangkan kemampuannya beradaptasi sampai setiap jenis sesuai dengan
habitatnya. Dalam proses adaptasi inilah sebenarnya makhluk hidup sedang
melewati fase seleksi alamiah. Karena adaptasi ke berbagai ragam habitat inilah
sejarah makhluk hidup dapat digambarkan seperti sebuah pohon yang berangkat
dari sebuah titik, menjalar menjadi batang, cabang, ranting, sampai ke ujung
ranting, seperti pendapat Whitaker yang ditunjukkan pada Gambar 4.4. Pada tiap
awal percabangan terdapat titik-titik nenek moyang bagi organisme yang berada
di cabang-cabangnya. Sungguh analog dengan taksonomi dari Carolus Linnaeus.
7. Alfred Russel Wallace (1923-1913), mengembangkan
teori yang serupa dengan teori Darwin. Dasar teori wallace adalah penelitian
Biologi perbandingan di Brasilia dan Hindia Belanda (sekarang Indonesia), dan
Malaya. Buku penelitiannya berjudul “On the tendency of varieties to depart
indefinitely from the original type”. Teorinya sama dengan yang dikembangkan
Darwin.
8. August Weissman, menumbangkan teori Lamarck.
Weismann memotong ekor tikus beberapa generasi. Menurut teori Lamarck, hal
tersebut akan menyebabkan timbulnya jenis tikus yang tidak berekor. Namun,
hasil percobaan Weismann menunjukkan bahwa sampai generasi terakhir ekor tikus
tetap sama panjangnya.
BAB 3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Evolusi adalah proses perubahan secara
berangsur-angsur (bertingkat) dimana sesuatu berubah menjadi bentuk lain (yang
biasanya) menjadi lebih kompleks/ rumit ataupun berubah menjadi bentuk yang
lebih baik.
2. evolusi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu
evolusi berdasarkan arah (progresif dan regresif), evolusi berdasarkan skala
perubahan (makroevolusi dan mikroevolusi) dan evolusi berdasarkan hasil
akhirnya (konvergen dan divergen).
3. Teori evolusi sudah dikemukakan sejak zaman
Aristoteles dimana teori tersebut berusaha menjelaskan proses evolusi yang
meliputi sumber variabilitas, organisasi variasi genetic dalam populasi,
diferensiasi populasi, isolasi reproduktif, asal mula spesies dan hibridisasi. Sekarang
evolusi adalah teori sintetis atau teori biologi yang memanfaatkan segala
disiplin yang relevan. Seperti paleontology, palaekologi, biostratigrafi,
paleogeografi, biologi molekuler, biokimia, biostatistik dan lain sebagainya.
Teori evolusi akan mudah dipelajari jika kita memahami prinsip-prinsip dari
disiplin ilmu tersebut.
4. Teori-teori pendukung evolusi terdiri dari teori
abiogenesis,biogenesis,evolusi kimia dan evolusi biologi.
5. Berikut fakta-fakta dari evolusi
·
Variasi
makhluk hidup
·
Adanya
fosil
·
Kajian
geografi
·
Kajian
paleontologi
·
Homologi
anatomi
·
Homologi
molekul
·
Homologi
embriologi
6. Mekanisme evolusi terdiri dari mutasi, seleksi alam
dan adaptasi, aliran gen, perkawinan secara acak, dan genetik drift.
7. Teori Evolusi mempelajari perubahan yang berangsur
angsur menuju arah yang sesuai dengan masa dan tempat. Teori evolusi
mempelajari proses perubahan yang terjadi pada makhluk hidup. Selain itu juga,
teori evolusi juga mengalami evolusi atau perubahan sesuai dengan perubahan
jaman dan perkembangan teknologi. Perkembangan teori evolusi tidak lepas dari
perkembangan bidang-bidang ilmu yang lain terkait dengan genetika, biokimia,
biologi molekuler, fisiologi dan lain-lain. Teori evolusi berkembang sejalan
dengan perubahan zaman dalam arus globalisasi.
B. Saran
Kami selaku penulis mengharapakan kritik dan saran apabila terdapat
kesalahan kata dalam penulisan ini. Kritik dan saran yang membangun akan
menjadikan kami lebih baik ke depannya dalam penulisan makalah.harapan kami
dengan ditulisnya makalah ini bisa berguna bagi kita semua untuk menambah ilmu
pengetahuan terutama dibidang pengantar pendidikan.kurang dan lebihnya tentang
makalah ini kami selaku penulis meminta maaf yang sebesar besarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah kritikan